“Pangan lokal mengindikasikan bahwa pangan tersebut dapat tersedia di level masyarakat setempat dan tidak perlu mendatangkan dari luar.
Pangan yang berasal dari budidaya tanaman yang dilakukan setempat dan diolah menurut budaya setempat”
Tekad Pemerintah Propinsi NTT agar warga NTT mengkonsumsi bahan pangan lokal terus digaungkan. Warga diminta sehari dalam sepekan mengkonsumsi bahan pangan lokal, yang khas daerah. Tekad ini sekaligus juga hendak mengurangi ketergantungan warga terhadap beras. Sedangkan untuk kalangan pegawai pemerintah, agar setiap hari Kamis dapat mengkonsumsi pangan lokal.
Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dalam berbagai pernyataanya menyatakan: “Pemerintah mengajak warga mengkonsumsi pangan lokal, soalnya, selama ini masyarakat NTT menganggap beras sebagai primadona makanan. Padahal, daerah NTT bukan penghasil utama beras. Kenapa tidak mengkonsumsi bahan pangan yang ada seperti jagung, ubi, dan kacang-kacangan. Karena itu warga hendaknya mulai mengkonsumsi pangan lokal,” Tekad ini juga dicanangkan di NTT Food Summit (Desa Egon 30/10/2008).
Apakah kebijakan ini memang punya alasan yang kuat ataukah hanya kebijakan sesaat?Mengapa harus pangan lokal? Apa sich kelebihan pangan lokal dibandingkan pangan dari daerah lain atau import?
Kompas (1/9/2008) menulis, Indonesia sebagai negara agraris sudah masuk perangkap pangan negara maju dan kapitalisme global. Ini menunjukkan fakta tentang ketergantungn Indonesia terhadap bahan pangan impor.
Bagaimana dengan NTT? Pos Kupang edisi October 2008 memberitakan, bahwa beras yang diimpor oleh Nusa Tenggara Timur jumlahnya mencapai puluhan ribu ton. Fakta ini berarti NTT memang telah bergantung sekali terhadap impor bahan pangan utama beras. Dengan kata lain ini menunjukkan ketahanan pangan “Beras” berada dalam kondisi rentan.
Apakah kondisi ini akan terus dibiarkan berlarut-larut? Padahal bukankah masih ada sumber pangan lokal di tangan masyarakat NTT sendiri? Sebutlah misalnya jagung, kacang-kacangan, ubi, rebok, sombu, koil (gaplek), kastela (labu kuning) dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sebenarnya mengkonsumsi pangan lokal ini sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dulu. Apalagi mereka yang tinggal di pedesaan. Mereka mengkonsumsi jagung sebagai pangan utama. Tetapi sejak munculnya kebijakan berasnisasi terjadilah perubahan pola komsumsi masyarakat. Terciptalah imej bahwa pangan yang bergengsi dan berklas adalah beras. Belum makan kalau belum makan nasi.
Tidak mudah memang untuk mengembalikan kebiasaan mengkonsumsi kembali pangan lokal. Banyak kendala yang akan dihadapi. Dapatlah kita perkirakan, paling tidak butuh waktu satu generasi atau lebih untuk mengubah pola konsumsi pangan penduduk. Dan tentu harus banyak pula upaya yang harus dilakukan.
Upaya-upaya lain yang dilakukan untuk membudayakan konsumsi pangan lokal
Di rana input produksi
Peningkatan kapasitas masyarakat menghasilkan input pertanian sendiri yang berwawasan lingkungan tanpa tergantung dari sumber luar, seperti pembuatan pupuk organik & pestisida organik, melalui pelatihan Pertanian Berwawasan Lingkungan.
Market Oriented
Peningkatan kapasitas masyarakat dalam memproduksi tanaman yang berorientasi pasar. Masyarakat petani tidak akan tergerak hatinya bila komoditi yang diproduksi hanya akan teronggok di ladang sampai membusuk, karena tidak ada pembeli, atau kalaupun laku harganya rendah. Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas masyarakat memproduksi komoditi lokal berorientasi pasar, sekaligus mampu mengakses pasar. Untuk merespond kebutuhan ini sudah diagendakan pelatihan dalam waktu dekat.
Peningkatan Kapasitas Pengolahan Pangan Berbasis Bahan Lokal
Pengolahan pangan berbasis bahan lokal bila dilakukan dengan cermat dan telaten bisa menjadi bahan alternative makanan utama. Untuk mengolah dan menyajikan makanan berbahan lokal sehingga enak dari cita rasa dan menarik dari segi penampilan dibutuhkan keterampilan khusus.
Pangan Lokal masuk Kurikulum Sekolah
Memasukkan materi pangan lokal sebagai pelajaran tambahan di sekolah dasar. Mengubah pola konsumsi masyarakat itu membutuhkan waktu. Untuk itu bisa kita mulai dengan memasukkan materi pangan lokal ke dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar berbarengan dengan pemanfaatan kebun sekolah dan lahan pekarangan sebagai sumber pangan lokal.
Pentauladanan
Untuk kedepan, semua level masyarakat sangat dianjurkan memanfaatan pangan lokal sebagai bahan konsumsi. Sedangkan di level goverment sendiri sudah ada maklumat dari Gubernur NTT.
Sosialisasi Terus-menerus
Yang tidak kalah pentingnya adalah terus melakukan sosialisasi untuk mengkonsumsi pangan lokal.
Selamat mengkonsumsi pangan lokal dari sekarang ……!
Thanks (Kupang 2009, agoesman)
Pertamaxxxxxxxxxxxxx dulu komenxnya ntar yaaaaaaaaaa..
Wahhhhhh…begadang nich..pertamazzzzzzzzzzz
Setujuuuuuuuuuuuuuu untuk menggalakkan pangan lokal
mudah2an akan menumbuhkan kecintaan terhadap produk negeri sendiri, tapi perlu didaftarin dulu keknya hak patentnya supaya tidak diklaim negara tetangga heeeeeeeeeeeeeee …….. heeeeeeeeee…..
mungkin tidak mudah ya Pak , utk segera menggalakkan pangan lokal, krn sudah terlanjur mengkonsumsi beras.
Namun begitu, ada harapan juga dgn sosialisasi yg dibuat oleh Pemda setempat yg mewajibkan utk menggunakan pangan lokal, hal ini akan berhasil, semoga.
asal jangan hanya sesaat, tapi hrs terus menerus.
Salam.
Untuk konteks NTT saat ini sudah menjadi salah satu program PEMDA, tinggal keseriusan dalam menjalankannya tidak hanya berhenti di level perencanaan program saja, tapi harus sampai didukung dgn implementasi di masyarakat
Programnya bagus banget. Mudah2an warganya yang sudah kadung cinta beras, bisa kembali ke selera asal… 🙂
Saya aja bisa kok nggak makan nasi… tapi…makan roti, pizza, kentang… hehe…(gara-gara kena perangkap kapitalisme global nih)
Sekali lagi untuk konteks NTT yang bukan daerah penghasil beras untuk kembali ke mengkonsumsi jagung, dll sebagai makanan pokoknya.
Salam
Setuju.. banget !
apalagi nasi jagung .., waw enak banget lho..
sedikit repot memang masaknya..ya..?
Salam.
Info tambahan… gambar di prolog artikel ini adalah salah satu produk olahan jagung yang disebut “JAGUNG TITI”, biasanya dimakan bareng dgn Lawar (Ikan kecil yg di rendam sama cuka)
Salam Hangat
Selamat sore Agoesman, pekerjaannya sama dengan pekerjaan saya di organisasi, memotivasi, pemberdayaan ekonomi kerakyatan di desa-desa. Pekerjaan ini sangat menyenangkan, bertemu dengan banyak teman, berdiskusi bahkan memberikan solusi, terasa hidup ini semakin bermakna, karena telah membahagiakan orang lain. Okay Agoes, gali terus usaha masyarakat di pedesaan agar semakin berkembang lagi, Terima kasih sharingnya, Sukses untuk anda.
Regards, agnes sekar
Sama-sama Mbak Agnes
Sukses juga buat Mbak Agnes
Upaya mengubah perilaku dan memberdayakan masyarakat itu membutuhkan suatu proses yang panjang dan terus menerus.. Disitulah seninya.
Salam Hangat
saya suka sekali nasi jagung, sekarang sudah jarang banget yang menjualnya…
salam kenal 🙂
Kalo di NTT. Umum bisa bikin sendiri, karena mereka tanam jagung sendiri juga.
Salam Hangat
C.U
kata mutiara hari ini
sesungguhnya sesudah ada kesulitan pasti ada kemudahan
sesungguhnya sesudah ada kesulitan pasti ada kemudahan
salam
apakah pendapat anda mengenai Indahnya Merantau
salam
RAJA KOMENTAR
Kata-kata mutiara yang memberikan motivasi untuk mencapai terget
Salam Hangat
menggalakkan pangan lokal memang harus di laksanakan kearifan budaya lokal harus di pertahankan dan diperjuangkan
Kalu bicara pangan lokal tidak akan terlepas dari kearifan dan konteks lokal juga.
Thanks
Salam Hangat
catatan kecil untuk blog ini adalah
blog ini belum tersubmit ke google, mohon segera untuk mendaftarkan diri ke mbah google
Thanks atas sarannya…Bisa sharing gimana caranya??? Gue gaptek nich
Salam Hangat
Iyap… Bupati Ende, dalam acara2 yang digelar oleh Pemerintah pun nggak lupa mengharuskan pangan lokal itu ada! Wajib ada! Dengan demikian memajukan juga masyarakat kita such as pedagang Ubi, Jagung, Tela, Pisang, dll-nya…
Dengan meningkatkan pangan lokal, kita juga meningkatkan kecintaan masyarakat (apalagi anak muda) pada budaya sendiri hehehe *ngomong apa sih, Teh :P*
Pernah coba jagung bose? *slurps* 😀
Memang mengkonsumsi “Pangan Lokal” sudah jadi programnya Gub.NTT dan difollow up oleh para Bupati….. Kalo daku dach makan jagung bose pas ke Kab.Kupang, Soe & Kefa yang lalu.. Tapi sudah juga mengexpose “Jagung Titi Desa Waienga Lembata” di sebuah Newsletter Online Pewarta Indonesia…
Kapa-kapan Aq bisa maen ke Ender…
Salam Hangat
pangan lokal tak kalah kualitas dari pangan impor.. kandungan nutrisi dari makanan tradisional kita sama baiknya dan bahkan lebih orisinil.. salam pangan…
sedj
http://sedjatee.wordpress.com
Ada banyak pangan lokal yang bergizi tinggi apalagi di konsumsi dgn pola 3B (Bergizi, Beragam dan Berimbang).
Salam Hangat
Wah… kalau saya sih udah dari dulu mengkonsumsi pangan lokal. Namun begitu, sebaiknya kita memakan makanan yang bervariasi minimal lauk pauk, sayuran atau buah2an. Sebab dengan makan makanan yang bervariasi maka keseimbangan gizi akan lebih dimungkinkan untuk tercapai, tentu dengan prioritas bahan2 pangan lokal tentu saja…
Salut buat Bang Yari NK… memang perlu 3 B (Bergizi, Beragaman dan Berimbang) tentunya
Salam Pangan Lokal
wah bagus banget ini programnya.
ngomong2…dari NTT ya bos?
Sekarang ini, Aq lagi kerja dan bermukim di NTT
Salam Hangat
kalau mau pasti bisa..!!!
program yang bagus. lanjut!!!
Indonesia Pasti Bisa
Thanks
Salam Hangat
C.U
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
Setujuuuuuuuuuuuuuuu Kang
C.U
hmm.. jadi lapar.. sukaaaaaa.. mauuuuuuu..
Maaaaam dulu lah…Kang
waaaaa ada jagung disitu huhuhhhhuhu.. mauuuu
Ambil aja ke sana dong..
Thanks
link sudah terpasang masa
Okey thanks.. link didienz mau dipasang,,but URLnya tak ketemu
Salam
sebaiknya apa ya kalau orang bogor biasanya nasi seeh, ada ide makan selain dari bahan dasar beras? kalo ada kasih tau ya kang abis aku binun makan apa lagi
Enggak masalah Bogor khan memang prodesen beras juga… bedah dgn NTT yang potensi Jagungnya lebih besar dibandingkan Beras.
KTP Saya juga KTP Bogor
Salam Bogor
lokal, bergizi, murah, meriah 🙂
3 B (Bergizi, Beragam & Berimbang)
yang pasti enaaaaaaaaakk
Youuuuuup…ada banyak pangan lokal yang enak-enak loh
Salam
makasih bro suda ekspouse kampoangku karena banyak pangan lokalnya. salam dari warga waienga for u.
terima kasih referensi pangan lokalnya…
apalagi dari NTT~
ardyb09.student.ipb.ac.id
berbedaan makanan lokal dan makanan moderen
iya betuuul…