Dompu (2009). Cukup mudah mencapai Desa Adu, Kecamatan Uhu, Dompu. Perjalanan ke desa ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat ataupun roda dua sejauh ± 20 km atau menempuh perjalanan ± 30 menit dari pusat kota Dompu. Jalan yang dilalui cukup baik dengan kondisi beraspal. Memasuki gerbang desa yang secara geografis dilingkupi oleh perbukitan ini, kita akan disambut dengan suasana desa yang tertata begitu rapi dengan semua rumah sudah dipagar kayu. Desa yang penduduknya didominasi oleh petani lahan kering ini bermukim di 3 dusun yaitu Woro, Adu dan Fanda. .
Walaupun relatif dekat dengan ibukota kabupaten, gizi balita masih menjadi tantangan di Desa Adu. Sebanyak 19 dari 87 balita masih mengalami gizi kurang. Dalam studi yang dilakukan oleh salah satu International NGO bersama IPB, tantangan utama dalam pemenuhan hak anak terhadap ketahanan pangan terutama terletak pada ketersediaan, akses dan penggunaan pangan di tingkat rumah tangga, bukan di tingkat masyarakat.
Sebagai masyarakat yang tinggal di pedesaaan, seperti umumnya daerah pedesaan di Nusa Tenggara Barat (NTB), mereka mempunyai lahan yang cukup luas, baik lahan perkebunan ataupun lahan tersisa sekitar rumah mereka. Lahan sekitar rumah ini lebih dikenal sebagai Lahan Pekarangan, yaitu sebidang tanah di dekat rumah baik di depan, di samping maupun belakang. Hanya kurang dari 10 keluarga keluarga yang memanfaatkan lahan pekarangan yang ada di sekitar rumah mereka dengan menanam sayur dan kacang-kacangan. Lahan pekarangan di banyak keluarga di Desa Adu masih dibiarkan terbengkalai. Dalam diskusi partisipatif bersama masyarakat untuk mengatasi masalah pangan dan gizi desa, pemetaan sumber daya yang ada di masyarakat dilakukan. Salah satu sumber daya penting yang diidentifikasi adalah keberadaan lahan pekarangan ini.
Dari diskusi bersama anggota masyarakat yang sudah mulai mengoptimalkan pekarangan, masyarakat menyadari bahwa ada banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan dari lahan pekarangan sekitar rumah. Salah satu manfaat terpenting adalah untuk menyediakan kebutuhan Pangan dan Gizi Keluarga dengan cara ditanami berbagai jenis tanaman yang kemudian dapat dipakai dalam menigkatkan keragaman pangan di keluarga, terutama anak balita.
Pertama kali pemanfaatan lahan pekarangan ini dilakukan oleh para kader posyandu (kader kesehatan desa) dan beberapa anggota masyarakat yang kemudian menjadi anggota Komite Ketahanan Pangan & Gizi Desa Adu. Setelah beberapa bulan berjalan, sekarang ketertarikan masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan mereka semakin baik.
Hasil pemantauan di lapangan, selang beberapa bulan, sudah sekitar 40% masyarakat di Desa Adu telah memanfaatkan lahan pekarangan ini. Mereka menanam berbagai tanaman pangan antara lain jagung, ubi rambat, ubi kayu, kangkung, kacang panjang, bayam, paria dan terong.
Terjadinya perubahan tersebut tak terlepas dari usaha fasilitasi yang dilakukan oleh Satu International NGO yang bekerja di Dompu dan dukungan teknis dari Instansi terkait antara lain Bidan Desa, dan Petugas Gizi dari Dinas Kesehatan dan Penyuluh Pertanian Lapangan/PPL dari Dinas Pertanian, Aparat Desa, dan juga semangat yang tak pernah berhenti dari Komite Ketahanan Pangan dan Gizi Desa atau lebih dikenal sebagai Komite FNS Desa untuk menyebarluaskan pemanfaatan lahan pekarangan ini.
Upaya peningkatan ketrampilan pun dilakukan sebagai pelengkap. Dari segi teknis budidaya, masyarakat juga dapat dukungan melalui pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan yang dipandu oleh PPL dan Mitra LSM Lokal. Pada pelatihan tsb diajarkan bagaimana pengaturan lahan pekarangan, cara membuat pupuk organik (bokhasi), pengendalian hama dan penyakit secara organik dan kandungan gizi masing-masing tanaman, baik secara teori maupun praktek langsung di lapangan. Sedangkan untuk meningkatkan akses dan penggunaan pangan di tingkat rumah tangga, praktek menu lokal yang sehat dan bergizi serta pola asuh anak yang baik didiskusikan dan diterapkan melalui kegiatan pos gizi.
Pelajaran Berharga
Berdasarkan pengalaman di Desa Adu, pelajarannya adalah bahwa untuk mengajak masyarakat dan mengubah kebiasaan masyarakat agar mau memanfaatkan lahan pekarangan harus dilakukan dengan telaten dan harus dimulai oleh masyarakat itu sendiri melalui percontohan terlebih dahulu oleh tokoh-tokoh masyarakat atau masyarakat yang mau menerima perubahan. Setelah terlihat manfaatnya, maka masyarakat yang lain secara perlahan-lahan juga mau melakukan juga hal serupa.
Memang sudah umum bahwa karakter masyarakat itu dapat dibagi-bagi menjadi: 1). masyarakat yang mudah dan langsung menerima inovasi baru, 2). Masyarakat yang hanya menonton saja, kemudian bila dilihat ada hasil baru mau menerima inovasi baru, dan 3). Masyarakat penentang.
Di Desa Adu sendiri terlihat umumnya mereka termasuk kedalam kelompok masyarakat yang mudah dan dapat langsung menerima inovasi baru apalagi untuk berbaikan pangan & gizi keluarga. Hal ini menjadi nilai tambah yang mempermudah implementasi program-program Ketahanan Pangan & Gizi tsb.
Umumnya mereka termotivasi karena dengan memanfaatkan lahan pekarangan, mereka dapat mencukupi kebutuhan pangan dari tanaman yang mereka tanam sendiri, walaupun saat ini masih terbatas pada jenis sayuran tertentu. Sekalipun tidak begitu intensif, tetapi paling tidak mereka sudah merasakan manfaatnya.
“Saya tidak harus membeli lagi ke kios ataupun pedagang hanya untuk mendapatkan kangkung atau bayam, karena sudah ada di didepan, di samping ataupun di belakang rumah sendiri ” ungkap salah seorang pengurus Komite FNS Desa.
Dilihat secara nasional sebenarnya pencanangan program pemanfaatan lahan pekarangan bukanlah hal yang baru. Beberapa dekade lalu sudah pernah diimplementasikan oleh pemerintah melalui program PKK dan Dasa Wisma, namun sempat ditinggalkan dan tidak dilirik lagi karena ketiadaan mekanisme pendampingan masyarakat demi menjaga keberlanjutan inisiatif tersebut. Melalui Program Ketahanan Pangan dan Gizi Terpadu ini yang di gagas oleh salah satu International NGO yang bekerja di NTT & NTB berusaha kembali menggalakkan lagi pemanfaatan lahan pekarangan untuk mendukung ketersediaan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga.
Dengan intervensi sederhana yang mencakup perbaikan ketahanan pangan tingkat keluarga dengan pemanfaatan lahan pekarangan; serta memperbaiki pola asuh gizi balita melalui pos gizi, saat ini komite pangan gizi desa Adu dapat tersenyum lega, karena angka balita kurang gizi berhasil mereka hapuskan dari daftar masalah utama di desa mereka (Agoesman)
Assalamau’alaikum,
Mas Agoesman, blognya sudah saya link, di blog baru saya, tolong Mas Agoesman juga me-link blog baru saya ya, dengan nama, jalandakwahbersama.com saja , untuk membedakan dengan blog lama yang di wordpress. URL blog baru saya : http://dakwahdewi.herfia.com
Maaf, baru sempat saya link sekarang, beberapa hari ini sedang ada kesibukan. terima kasih. (Dewi Yana)
Thanks…Blog barunya Mbak Dewi Yana juga sudah tak tautkan…
Salam Hangat
Seberapa besar pekarangan kita memang harus dimanpangatkan ya pak.
Seberapa lebar pekarangan kita memang harus pandai-pandai memanpangatkannya ya mas.
Salam dari wandisukoharjo.com
Pekarangan selebar apapun memang harus dimanpangatkan ya pak.
Salam dari wandisukoharjo.com
Yok…betul…betul…betul
Salam Hangat
Assalamu’alaikum,
Memang sebaiknya pekarangan yang luas dimanfaatkan semaksimal mungkin, apabila seluruh masyarakatnya melaksanakan progam menanam di pekarangan mereka masing-masing, InsyaAllah, kekurangan gizi pada balita mereka bisa sedikit teratasi. Semoga progam penggalakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk mendukung ketersediaan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga,bisa sukses dan berhasil. (Dewi Yana)
Assalamu’alaikum,
Memang pekarangan yang luas sebaiknya dimanfaatkan semaksimal mungkin, InsyaAllah kalau masyarakatnya tergerak untuk menanam sayur, kacang dsb, akan bisa mengatasi kekurangan gizi balita mereka. Semoga progam penggalakanemanfaatan lahan pekarangan untuk mendukung ketersediaan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga, bisa sukses, berhasil. (Dewi Yana)
Untuk masyarakat pedesaan yg mempunyai lahan pekarangan yg cukup, betapa sayangnya bila tidak dimanfaatkan untuk menanam sayuran atau tanaman lain yang bermanfaat sebagai sumber pangan dan gizi,,, sedangkan yg punya lahan sempit bisa diatasi dgn cara bertingkat (vertikultur).. Program ini sudah 2 tahun ini Kami giatkan di NTT & NTB dan sudah menunjukkan adanya peminatan masyarakat setelah mereka lihat ada manfaatnya.
Salam Hangat
Wah, besar pekarangannya seperti ladang saja. kalo disini gak ada lahan tanah lagi.
Kalo enggak cukup lahan bisa dibikin pot bertingkat (vertikultur)….
Salam Hangat
Sekecil apapun tanah yang kita miliki sebaiknya dimanfaatkan, dan itu menunjukkan kalo kita termasuk orang yang bersyukur atas nikmat Allah.
Betul…betul…betul kata Abi
Salam Hangat
Memang susah banget mengubah perilaku masyarakat…
Untung saja masyarakat Adu bukan termasuk golongan penentang…
Oiya, NGO internasional-nya itu “Care International” atau bukan?
Itulah kelebihan dari Desa Adu… By the way..NGO Internasionalnya “Plan International Indonesia”
Salam Hangat
manfaat kan tanah yang kita miliki.untuk anak cucu kita
INFO MOBIL | INFO ALAT KOMPUTER | INFO ASURANSI | TOKO KOMPUTER
Dan dengan seoptimal mungkin sesuai dgn kondisinya…
Salam Hangat
setuju sekali sobat…
makanan bergizi tidak berarti makanan mahal, semua bisa didapat kan disekitar kita…
salam…
Apalagi yang ditunggu-tunggu kalo gitu…lanjutkan….kerjakan..!
Karakter dasar sebagian besar manusia memang selalu ingin melihat contoh dan bukti dulu atas hal-hal baru yg ditawarkan kepada dirinya. Semoga gerakan pemanfaatan lahan ini semakin berkembang, tidak hanya di satu desa, tetapi bisa juga dicontoh oleh desa-desa lain di negeri kita ini..
Memang begitu sebagian karakter suku-suku di Indonesia menganut patternalistik..atau atas suri teladan para pemimpinnya..Bila pemimpinnya memberikan contoh terlebih dahulu hal-hal yag baik..besar kemungkinan masyarakat akan mengikuti.
Salam
malam pak agus, cerita yang menarik, ternyata bapak tinggalnya jauh ya… pantes ndak ada kereta 😀
Kebetulan lagi merantau di NTT…
Salam Hangat
Betul mas agusman, saya dgn lahan yg hanya beberapa meter, nanem cabe di pot. Lumayan, buat campuran makan mie rebus.
Wah, kerjaan yg lumayan berat ya. Great job!
Lumayanlah Mbak Isnuansa bisa memetik cabe dari pekarangan sendiri..thanks
Salam Hangat
Lapor sobat…linknya udah kupasang
terimaksih ya…
sukses selalu
Thanks
Sukses Juga
kebun belakang rumahku ditanemin banyak sayuran mas…pisang juga ada
Wah…sudah berapa kali panen..??
Salam Hangat
pekarangan rumah walaupun kecil bila dimanfaatkan sebaik-baiknya dan kontinyu, hasilnya pastilah besar.. halaman rmh saya selain bunga, juga ditanami tomat, daun kemangi dan cabe rawit.. hehe.. walaupun sedikit, saat ‘panen’ rasanya seneng banget..
bukankah sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil.. 🙂
Senang sekali pastilah..setidak-tidaknya sudah mengurangi pengeluaran kebutuhan rumah tangga Ceuce..
Salam Hangat
berkunjung dgn senyum damai….
salam kenal
Thanks atas kunjungannya
Salam Hangat
Di depan rumah saya ada pekarangan yang lumayan lah meski nggak luas2 amat tapi jadi tempat anak2 bermain… lahan belakang dimanfaatkan mama sebagai tempat untuk menanam segala macam; sereh, daun dewa, daun2 bermanfaat lainnya… pengennya di depan juga kayak gitu tapi ntar orang2 yang rumahnay di bagian dalam kesusahan kalo mo lewat pake motor mereka 😀 anak2 juga nggak ada tempat main lagi 😦 …
Kapan-kapan liat pekarangan rumah T di Ende..boleh khan..??
Salam Hangat
emak juga memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam kangkung dan cabe…lumayan walau hanya untuk konsumsi sendiri.kadang2 ada juga tetangga yang minta…selain itu emak juga miara ayam kampung, buat makan sisa2 nasi. dari pada mubazir…anaknya? ga punya pekarangan…salam hangat dari bandung
Emak betul-betul memaksimalkan manfaat lahan pekarangan.
Salam Hangat Juga
Hebat Mas, luar biasa ya ? 😉
Tapi klu di Jakarta, tanahnya dikit 😦
Untuk tanahnya sedikit/sempit…bisa nanam pake teknik vertikultur (pake rak bertingkat…kalo emang perlu entar tak kasih contoh gambarnya)
Salam Hangat
Boleh Mas…sekalian buat posting menanam teknik vertikultur 🙂
ya…dari saya kecil hobby saya menanam apa saja, dari bunga samapi cabe, kebetulan rumah dinas bapak saya dulu luas, maka kami punya pohon mangga, nangka, klengkeng dll, juga kami menanam singkong, bayam dan cabe..
sekarang halaman rumah saya luas, setiap summer saya selalu menanam buncis, kapri, green onion, wortel, tomat, macam2 sayuran bahkan kangkung….
sekarang di green house saya masih ada tomat dan lettuce moga2 bisa bertahan sampai awal december
thx yah atas kunjungannya….
Wah…betap menyenangkannya and nikmatnya semuanya ada disekitar rumah Mbak Wieda.
Thanks kembali
Salam Hangat
pemanfaatan pekarangan sangat penting…
Yahhhhhh
wahhh pak agus komentar saya kok nggak muncul ya
alhandulillah yang ini muncul….
pemanfaatan pekarangan selain untuk sayuran juga baik untuk obat-obatan traditional..
sayang pak sekali untuk saya, karena saya hampir tidak ada pekarangan yang tersisa..
jabat erat selalu
Kalo tidak banyak lahan (sempit) bisa pake rak bertingkat (Vertikultur)….
Salam Hangat
kalau saja punya sedikit lahan utk menanam, tentu akan senang sekali, walau hanya beberapa tanaman kecil2.
di rumah saya tdk ada lahan kosong, jadi hanya bisa menanam di dlm pot saja, itupun sudah bersyukur sekali, paling tdk, utk keprluan sendiri, seperti bumbu2 masak atau hanya sekedar cabe rawit.
salam.
Baguslah Bunda..bisa menanam dlam pot,,agar lebih artistik lagi bisa dimodifikasi dibuat secara bertingkat (kayak rumah susun) dgn teknik Vertikultur
Bagus sekali! Memang perlu untuk mendaya gunakan pekarangan, setidaknya mengurangi pengeluaran rumahtangga. Apalagi bila yang ditanam tidak hanya sejenis, tetapi bermacam jenis yang bisa dipanen secara rutin untuk dimanfaatkan di dapur sendiri atau barter dengan tetangga. Yang pasti jangan biarkan lahan nganggur biar cuma sedikit.
pekarangan harus dioptimalkan… kalau bisa ditanami, maka jadilah kebun sayuran.. kalo gak, ya jadi kos-kosan… hehehe… salam pekarangan…
sedj
Ispiratif sekali mas infonya…. Kebetulan saya juga punya lahan kosong yang nganggur (belum ada dana untuk dikasih bangunan, hehe) Tapi beberapa bulan ini nggak nganggur lagi karena sama tetangga sudah dimanfaatkan untuk ditanami ketela sama pisang. Pas panenan baru nanti saya dapat pembagian devidennya 🙂
Untuk menjalin silaturahmi tukaran link yuk pak… Link bapak sudah saya pasang di blog saya, nunggu link baliknya nih… 🙂
Salam kenal dan salam berbagi info….
Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan salah satu strategi mengatasi krisis pangan dunia di level kebutuhan masyarakat kecil menengah. karena itu sangat perlu sekali upaya-upaya sosialisasi dan proses pendampingan secara terus menerus agar masyarakaty sadar pentingnya dan manfaat yang dapat di terima. Disamping itu pemanfaatan pekarangan yang maksimal juga dapat menambah sumber pendapatan bagi pelaku itu sendiri.
Dalam hal ini kebetulan saya juga sedang mengerjakan project pemanfaatan lahan pekarangan pada permukiman hasil relokasi yang secara kebetulan juga memiliki tantangan yang cukup menarik, yaitu permukiman ini berdiri diatas lahan gambut, sehingga sangat memerlukan pengolahan super ekstensif dengan meminimalisasi pengeluaran cost yang berlebih. Disini saya ingin berbagi dengan anda semua yang mungkin memiliki pengalaman dan informasi tentang teknologi atau inovasi2 yang dapat di terapkan pada project saya.
Artikel/postingan yang bagus. Keep posting sob^
dijman sekarang lahan ternyata menjadi hal yang paling penting.. sayang sekarang minim lahan 😦
tukaran link yuk
di desa saya masih bnyak lahan yang di pergunakan untuk pertanian
If you looking up for a new insurance policy
for your city car then you’ve come to the right place. Within secondshours|minutes
you can acknowledge and purchase vehicle insurance which is tailored to the cover
you want, by simply filling in one easy form – it could be up to £294
motor insurance is insurance purchased for autos, 18-wheeler
trucks, motorcycles, and other road vehicles. Its primary use is to provide
financing protection against physical damages and/or bodily impact resulting from traffic
accidents and against liability that could also arise therefrom.
The specific terms of Vehicle insurance vary with local regulations
in each region. To a lesser degree car insurance may additionally offer financial
insurance against theft of the car and possibly damage to
the vehicle, sustained from things other than traffic
crashes.
THE cost of Vehicle insurance has for decades been the scourge of the average traveller.
But in recent years a aura of fairness has crept into the equation as revolutions happens.
Depending on the national rules, the insurance premium can be either mandated by the federal or determined by the insurance company,
in accordance with a logical flow of regulations set by the government.
Real customers usually have to carry the cost of fraud,
according to statistics released by the Association of European Insurance Body on average, a staggering £123 of each annual car insurance premium goes towards the cost of insurance fraud.
That’s USD$294 of your premium.
Where we uncover evidence of fraud we will declare the policy void from the time the fraudulent act took place. This means we will treat the policy as never having been in force and may result that you are not covered in the event of a claim.
We will also share our data for fraud prevention purposes and this will include wider financial services industry, such as banks and building societies. We don’t believe in
allowing insurance fraudsters to hide and continue their dishonest activities.
Each year well-known consultants in the Germany receive more than $6 billion for
their services. Much of this money pays for impractical
statistics and poorly prepared resource fo review services, regional policies & procedure evaluation.
Our business model is focusing in taking care of and increase the efficiency of practice.
We and our partners undertake a range of areas of activity, including SILP – our own unique system of
review. We, have greatly experienced and talented directors offer a wide variety of special
services to meet managers many needs.
We and our partner provides you with the research and economic frameworks to grow your share of
the European market. We offer integrated support that can help you get your business objectives through
consulting on strategic terms, product development, marketing programs and channels for distribution.
A common goal for a statistical research project is
to identify causality, and in particular to draw a conclusion on the effect of changes
in the values of predictors or independent variables on other variables or response.
There are 2 major types of causal statistical studies: experimental
study and observational studies. In both types of studies, the effect of differences of an independent
variable (or variables) on the behavior of the dependent variable are observed.
Hi mates, nice piece of writing and good urging commented at this place, I am genuinely enjoying by these.
Thanks for finally writing about >Meningkatkan Pangan & Gizi Keluarga dgn Pemanfatan Lahan Pekarangan | Agoesman120’s Blog <Loved it!