Kawasan Timur Indonesia (juli,2009). “Dik tolong buatkan nasi goreng dua piring, satu pedas dan satu nya lagi tidak pedas”. Pesan ini coba aku sampaikan ke salah seorang petugas hotel di Maumere, tempo hari sewaktu kunjungan lapangan kesana. Cukup lama juga pesanan itu diantarkan. Berselang lebih dari setengah jam baru datang. Namun betapa kagetnya Aku bersama teman yang juga mau makan nasi goreng tadi, Pesanan yang datang hanya 1 piring. Dengan setengah menahan lapar dan sedikit emosi yang ditahan, Aku tanyakan mengapa hanya satu yang di antar.. Tanpa rasa bersalah petugas hotel tadi menjawab; “Yang diantarkan inikan Nasi Goreng yang tidak pedas dulu, nanti yang pedas diantar belakangan… yang pedas sedang dibuatkan”.. Dengan menahan rasa geli. Kami senyum-senyum mendengar penjelasan petugas itu.
Sambil menunggu pesannya susulan datang, kejadian ini tak henti–henti jadi bahan pembicaraan. Kenapa sich tidak sekaligus aja masaknya untuk porsi dua piring, bikin aja dulu yang tidak pedas semua, lalu ambil ukuran satu piring, sisakan satu piring lagi di penggoreng, tinggal kasih saos pedas atau hasil ulekan cabe.. khan beres urusannya…?
Apa yang sich yang tidak jelas dari pesan tersebut..? Khan kata-katanya lugas. Mungkin Kita dapat dengan mudah memahami hal tersebut… tapi tidak untuk si petugas hotel tsb, beserta kokinya..
Ternyata apa yang Kita sampaikan menurut Kita mudah untuk diterima, tapi belum tentu bagi orang lain.
Perlu Kita lihat siapa sih yang akan menerima pesan, apakah mereka sudah cukup pasih menggunakan bahasa seperti yang biasa Kita pakai, atau mereka sudah memahami maksud dari pesan tersebut, atau apakah mereka sudah bisa mengerjakan apa yang dipesankan itu.
Bila Kita melihat lagi teori komunikasi. Teori ini menyatakan ada beberapa komponen yang menentukan dalam berkomunikasi yaitu:
Sumber (Komunikator);
- Pesan (Berita);
- Media (Saluran);
- Khalayak Sasaran (Komunikan)
- Tujuan/Hasil (efek
Jadi kesemua komponen itu harus jelas, agar apa yang ingin disampaikan akan sampai ke penerima pesan, dan pesan bisa dijalankan dengan baik
Apalagi bila pesan yang Kita akan sampaikan itu kepada masyarakat awam lebih-lebih di pedalaman. Kita harus lebih ekstra hati-hati lagi… Bisa saja kejadian serupa diatas akan terulang, atau mereka hanya akan menangkap pesan yang mudah dingat saja, tanpa memahami konteks keseluruhan pesan yang dibawakan.
Ada banyak kejadian pengalaman kawan-kawan Kita petugas lapangan yang bekerja di kalangan akar rumput. Mereka mengalami permasalahan tsb, akibat tidak hati-hati atau tidak begitu jelas menyampaikan ”pesan”, karena problem bahasa atau problem berkomunikasi menyampaikan pesan itu sendiri yang salah.
Sebelum menyampaikan pesan. Pelajari dulu isi pesan yang mau disampaikan, apa maksudnya, bagaimana cara menyampaikanya, siapa yang akan menerima pesan, cari media yang paling pas untuk penerima pesan karena tidak semua media bisa dipakai untuk penerima pesan yang berbedah (agoesman)
Kadang-kadang untuk menyampaikan pesan ke orang tertentu harus pakai strategi, supaya tidak bikin ybs. bingung.
Salam.
Hi… Pak Oemar Bakri
Thanks atas kunjungan perdananya… memang betoel kadang-kadang pesang lisan saja, tanpa penjelasan tidak nyampe maksudnya…. peace
akhirnya bisa bertandang ke juga ke blognya pak agoes…
terkait hal pesan, jangan sering menggunakan kata-kata atau istilah untuk menyingkat, sehingga maksud yang disampaikan akan benar-benar di mengerti.
salam blogger pak 🙂
sebuah pesan semestinya disampaikan tepat dengan bahasa dan cara yg memang dipahami oleh penerima pesan.
intinya begitu ya mas ?
masukan yg sangat bagus sekali mas agoes.
bisa utk belajar bagaimana cara berkomunikasi yg efektif.
terima kasih.
salam.
Thanks yach Aulia… slam blogger juga…..
setuju gunakan kata-kata yg bisa dimengerti masyarakat awam yang sederhana, bila berbica ama mereka..Suksesss
Sama-sama bunda… krn itu tadi merupakan pengalaman pribadi… yang sampe saat ini ada dibenak.. ternyata kadang pesan yg sederhana saja… bila disampaikan dengan cara yang ngelimet bikin penerima pesan… salah tangkap…
pake teknik dong 🙂
Yachh.. sip lah…
hehehe.. kadang kadang penyampaian pesan dari atas kebawah berkurang dan terus berkuraaaang.. apalagi kalau ada duitnya
Salam Sayang
Sering kali tu Kang semakin kebawah semakin menghilang isi pesan…..apalagi tuh kalo salam tempel gitu…..
Ya..saya setuju dengan tulisan saudara. Mungkin pada kita, apa yang dipesan sudah jelas. tetapi pada orang lain belum tentu dapat memahami apa yang dibicarakan. Semua yang berlaku seharusnya kita ambil iktibar dan diselesaikan dengan cara sedar dan sabar. Salam kenal dan mesra dari Sarawak, Malaysia.
mungkin itu yang disebut perbedaan persepsi antara pengirim pesan dan penerima pesan. untuk baru kasus nasi goreng
Hhhmmmm….
Ibu Siti Fatimah Ahmah….Salam Kenal juga buat Anda… Thanks telah berkunjung perdana ke sekitar akar rumput… nanti silahturahmi kita akan terus terjalin seiring dengan waktu…..,,, begitulah Pesan itu harus dilihat apa isinya, siapa yg akan menerima, bagaimana cara menyampaikanya,,, sehingga tidak akan terjadi mispercepcion… Salam
Mas Deni
Hhhhmmmmm …juga … Met ketemu kembali
Mas Harsono
Setuju… akoe..
Makanya dilingkungan tentara sipenerima perintah diminta untuk mengulangi guna menjamin bahwa pemerintah itu dimengerti benar.Kebiasaan mengulangi perintah ini dibiasakan dalam hal-hal kecil juga misalnya dalam upacara,apel,dll.
Anda pernah mendengar kan,jika inspektur upacara memerintahkan “Bubarkan Pasukan”,maka Komandan Upacara mengulangi perintah itu “Bubarkan Pasukan”.he..he..he.
Salam kenal mas.
Yach… kadang kala pesan yang disampaikan dianggap mudah bagi pemberi pesan,. kadang-kadang dinterpretasikan lain oleh penerima pesan…Untuk itu penjelasan yg detail dibutuhkan agar pesan betul-betul dimengerti oleh si penerima
Rusaknya bangsa ini juga karena problem komunikasi dan salah memahami pesan. Para ulama dan tokoh agama selalu berpesan kepada para pejabat pemerintah agar menyerahkan “segala sesuatu pada ahlinya”. Ternyata para birokrat memaknai kalimat tersebut dengan ” segala sesuatu diserahkan pada kerabatnya”, pada hal yang dimaksud adalah orang yang ahli di bidangnya. Merajalelalah nepotisme dan sejenisnya sampai begini.
Wach.. klu itu si penerima pesan nich yang harus disamakan lagi persepsinya…
setuju…
kadang sesuatu yang mudah mnejadi sulit…dan yang sulit menjadi mudah tergantung si penerima mencerna kata…
sebuah pelajaran yang sederhana namun sangat berguna…
terimakasih…
Memang menyampaikan pesan.. harus betul-betul dilihat siapa dulu penerimanya,, lalu maknanya,, caranya,,medianya… supaya pesan yg disampaikan betul-betul dimengerti ole penerima, shg terhindar dari kesalahan persepsi…
Betul..betul sekali hehehe..mirip kita cari teman kerumahnya, lalu kita bertanya ke PR nya,
– “ada bapa?”
+ “ada, silahkan duduk pak”
lalu kita duduk menunggu lamaaaa… dan kita tanya lagi
– “bapa nya mana?”
+ “ada, lagi pergi”, sahutnya dengan enteng
Betul mas…Kejadian tsb sering juga terjadi… makanya harus dicari trik yag pas agar pesan ditangkap dgn benar oleh penerima pesan… C.U
wah.. kalo di jawa emg gitu mas..
biasanya gorengnya jg satu2, ga sekaligus..
biar rasanya lebih nikmat, kata penjualnya… 🙂
Yach kelamaan nunggunya klu gito…Okey dach.. C.U
mungkin nasi goreng pedas dan tidak pedas bumbunya beda jadi harus digoreng terpisah 😀
Kejadian nasi goreng… bisa aja diberi penjelasan yg beragam.. tergantung dr mana melihatnya… nasi goreng pedas & tidak pedas… Dlm konteks kejadian ini… si pengirim pesan menghendaki nasi gorengnya sudah siap dalam waktu yg tidak lama & serentak… Thanks yach
kadang pesannya tidak jelas, atau sebenarnya sudah jelas tapi dipahami secara berbeda
Betul mas… sebuah pesan hrs diberi penjelasan yg detil,, & bila perlu si penerima pesan ditanya lagi “Apa sudah mengerti.. maksud dari pesan tsb”… C.U
Karena tidak ada satu kepala-pun yang memiliki pemikiran yang sama persis, sehingga yang perlu dimiliki adalah toleransi pada ketidakseragaman itu dan mencoba untuk memahami satu sama lain… 🙂
Begitulah dunia ini…Jeung Lala.. Yg terpenting bagaimana kita beradaptasi dgn lingkungan kita.. Thanks
iya.. beda kepala beda presepsi. 😀
makasi dah mampir ya! 🙂
Thanks juga dach kunjungan baliknya…hidup akan lebih indah krn perbedaan nya itu… C.U
Begitu juga dengan community, terkadang mereka memaknai segala sesuatu dengan pemahaman mereka sendiri… jangan putus asalah.. terus berjuang
Begitulah…. kalo tidak tepat bahasa dan cara menyampaikan kadang-kadang community hanya mengambil sepotong kalimat yg disampaikan & itulah yg dianggap kesimpulannya.
pesan memang kadang beda presepsi kan pak
Yach… persepsi harus diperjelas dalam menyampaikan pesan.. Thanks
Selain yang disebut diatas …
ada kalanya pesan tak mampu terserap dengan baik
bila penerima pesan sedang tak nyaman suasana hatinya.
atau sedang ‘lelah’.
atau tak terlatih untuk bicara ‘lepas’.
akibatnya sering tak mampu sampaikan pesan dg baik.
Salam kenal dan terimakasih kehadirannya.
Thanks atas tambahannya… itu termasuk bagian dari when, how & where.. C.U
Yang lebih penting dalam komunikasi, kadang kita berasumsi bahwa penerima pesan sudah “take it for granted” mengerti apa yang dimaksud. Terlebih lagi kondisi masyarakat kita yang terdiri dari beragam bahasa, perlu diingatkan kembali apakah pesan yang disampaikan dimerngerti. Kadang kejadian tersebut tidak saja terjadi di Maumere, tapi di Jakarta pun sering kita jumpai.
Salam kenal dan terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Betul mbak henny…. kesalah-pahaman bisa saja terjadi dimana saja… jadi Kita hrs berhati-hati untuk menyampaikan suatu pesan.. apalagi kalo pesan itu bermakna tapi tidak begitu tersirat di dlm pesan… C.U
Komunikasi itu susah” mudah ternyata..
Bahkan dgn orang terdekat saja kita sering salah paham..
Salam hangat,
classically
Emang… Kita harus bisa memberikan pengertian yg jelas… Warm regards
seringkali mis-komunikasi menyebabkan permasalahan baru.. hohoho..
Betul … itu sering terjadi dan dialami kawan-kawan yg kerja bersama masyarakat…
Dengan hormat disertai rasa bangga dan penghargaan,saya sampaikan sebuah award sebagai tanda persahabatan.
Award bisa dilihat dan diambil di blog saya dalam artikel berjudul”Bintang Bertabur Award”.
Terima kasih.
Salam hangat dari Surabaya.
Wah.. suatu surpraise .. thanks atas “Award” nya… I will take it di blognya Mas Cholik… See You
Mungkin koki hotel itu punya cara masak yang berbeda : untuk nasi goreng yang pedas, cabenya digiling bersamaan dengan bumbu lain …
Yach bisa aja mbak
Bedah daerah… bedah cara bikin nasgor.Thx
he he ada ada saja tuh koki hotel..
kejadian seperti itu memang bikin jengkel tapi jadi kenangan tersendiri ya pak..malah bisa juga jadi Postingan yg bagus seperti ini..
ada AWARD neh pak klo sempat bisa diambil di sini
http://aktubbilgalam.wordpress.com/2009/08/30/dapat-award-lagi/
Ada PRnya lho..
salam
Thanks Yach….
Aq akan mampir kesana soon
Salam Hangat